Oleh Masita, S.Pd
Guru SDN 02 Pasar Sarolangun/ Fasilitator Daerah Program PINTAR Tanoto Foundation

Majalah dinding atau yang kita kenal dengan istilah mading merupakan salah satu sumber belajar sekaligus tempat kreativitas bagi siswa dan guru dalam mengekspresikan dunia penulisan.

Bahkan keberadaan mading bukan hanya diisi oleh tulis menulis resensi maupun cerpen, melainkan sebagai ajang belajar siswa untuk menjadi wartawan sekolah.

Atas dasar itulah, keberadaan mading menjadi penting membantu siswa menulis setelah program budaya baca berjalan.

Kualitas isi mading akan tambah menarik dan kreatif, apabila perpustakaan sekolah dan tim pengembang budaya baca erat berkelindan menjadi satu untuk mensukseskan program budaya baca di sekolah tersebut.

“Tentu saja, program yang baik ini harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada semua pemangku kepentingan yang ada di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, sampai dengan pustakawan,” ujar Masita, salah satu guru.

Setelah semua komponen sekolah menyetujui adanya program budaya baca, maka hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana tidak berhenti pada budaya baca saja, namun harus ada langkah – langkah membangun agar hasil baca buku siswa – siswi SDN 02 Pasar Sarolangun tidak hilang begitu saja.

Kepala SDN 02 Pasar Sarolangun, Rusdyanti mendukung upaya tim pengembang budaya baca tidak berhenti pada meningkatnya budaya baca saja, melainkan ada terobosan – terobosan lain untuk menambah kreativitas siswa.

”Saya mendukung penuh upaya-upaya tim pengembang budaya baca ini setelah guru dilatih Program PINTAR Tanoto Foundation, salah satunya kegiatan bercerita, beberapa lembar surat kabar menjadi sumber media belajar bagi anak didik baik ketika proses belajar mengajar maupun yang dipasang di mading” ujarnya.

Buat Mading Sekolah

Selain budaya baca, pihak tim pengembang budaya baca juga mengembangkan mading sekolah, hal ini penting dilaksanakan agar anak-anak tidak jenuh hanya membaca buku.

Bagi sekolah yang berlokasi di Pasar Sarolangun ini, mengembangkan mading adalah inovasi baru dalam meningkatkan dunia menulis siswa.

Salah seorang siswa, Keisha Alifah Dayana mengaku senang dengan pengembangan budaya baca melalui mading.

”Tentu saya dan teman – teman sangat menikmati budaya baca yang disandingkan dengan dunia tulis menulis melalui mading, hal ini menambah kreativitas saya dan teman-teman tambah semangat dalam mengisi mading, bukan cuman gambar, tapi hasil budaya baca bisa kita tulis dan dibaca siswa lain,” ujarnya.

Selain budaya baca yang dipadupadankan dengan mading, menurut Masita, salah satu guru, mengatakan ada peningkatan mutu hasil pembelajaran setelah diadakannya program budaya baca.

“Tentu ini adalah hal yang menggembirakan, semua berdampak positif, siswa jadi tambah rajin menulis dan yang pasti sebagai guru saya bangga hasil mutu pembelajaran siswa – siswi menjadi meningkat setelah diadakannya budaya membaca dan menulis,” ujar Masita di ruang guru.